Puteri Wencheng, sang pembawa Ajaran
Buddha ke Negeri Atap Dunia!
Tanpa kehadiran Puteri
Wencheng maka Tibet tidak memiliki aksara, juga takkan ada vihara-vihara Buddha
dan sejarah perkembangan Buddha Dharma di sana, juga takkan ada irama etnis
Tibet yang menarik. Sang Puteri menyebarluaskan Ajaran Buddha di Tibet,
sehingga Agama Buddha menyatu dengan kehidupan rakyat Negeri Atap Dunia tersebut.
Di hati rakyat Tibet, Puteri Wencheng adalah jelmaan Bodhisattva Avalokitesvara
yakni Bodhisattva Tara.
Puteri Wencheng berasal
dari keluarga kekaisaran, yakni putri dari Raja Jiangxia yang bernama Li
Dao-zong, sejak kecil diadopsi oleh Kaisar Tang Taizong dan Permaisuri
Zhangsun, baik bakat maupun rupanya patut menuai pujian, maka itu disayangi,
terutama oleh karena mendapat pengaruh dari Permaisuri Zhangsun sehingga
meyakini dan mempelajari Ajaran Buddha.
Pada saat itu Dinasti
Tang sedang menikmati puncak kejayaannya, baik dari sektor ekonomi maupun budaya,
merupakan negara yang berpengaruh di dunia. Negara-negara kecil di sekitarnya,
demi memperoleh perlindungan kekuatan militer Kekaisaran Tang, sehingga
menjalin kerjasama yang erat, para pimpinan negara berusaha menjalin hubungan
kekeluargaan, mengajukan lamaran pernikahan dengan keluarga Kekaisaran Tang.
Salah satunya adalah Raja Dinasti Tubo dari Tibet.
Sebelum masuknya Ajaran
Buddha ke Tibet, masyarakat masih menganut kepercayaan primitif. Awal abad ke-7
Masehi, Raja Songtsen Gampo (604-650) berhasil menyatukan seluruh wilayah Tibet dan mendirikan
Dinasti Tubo.
Songtsen Gampo mengajukan lamaran pernikahan dengan Puteri dari Dinasti Tang, tetapi
Tibet bukanlah satu-satunya, lamaran juga datang dari India, Arab, Persia dan
negara lainnya yang ingin menjalin hubungan keluarga dengan Kekaisaran Tang.
Para duta dari negara-negara tersebut berdatangan ke Chang’an (ibukota
Kekaisaran Tang) untuk mengajukan lamaran meminang sang Puteri Keluarga Li
tersebut. Setelah melalui berbagai ujian seleksi, akhirnya Kaisar Tang Tai-zong
menyetujui menikahkan Puteri Wencheng yang jelita dan berbakat kepada Songtsen Gampo, Raja Dinasti Tubo dari Tibet.
Setelah mengetahui bahwa dirinya akan dinikahkan ke Negeri Atap Dunia,
Puteri Wencheng mengajukan tiga syarat yakni yang pertama, membawa satu rupang
Buddha Sakyamuni untuk dipuja di Tibet; yang kedua, membawa budaya dan
menyebarluaskan Ajaran Buddha; yang ketiga adalah menciptakan aksara Tibet.
Kaisar Tang Tai-zong mempersiapkan perhiasan nikah besar-besaran buat
putri kesayangannya, selain emas permata, kain sutera yang berkualitas tinggi,
telur ulat sutera, kertas dan perlengkapan tulis, literatur sejarah, sutra
Ajaran Buddha, poster para Bhiksu senior, obat-obatan, dayang-dayang istana,
serta ratusan cendekiawan berbakat untuk mengikutinya ke Tibet, yang paling
mengesankan adalah sebuah rupang Buddha Sakyamuni yang terbuat dari campuran
emas dan suasa.
Tahun ke-15 bertahtanya Kaisar Tang Taizong, dia mengutus Raja Jiangxia,
Li Dao-zong, untuk mengantar Puteri Wencheng ke Tibet. Setelah melewati
perjalanan berliku-liku selama sebulan lebih, rombongan Puteri sampai di
Heyuan. Di dekat Danau Zhaling bersua dengan Raja Tibet Songtsen Gampo, yang
menyelenggarakan upacara penyambutan besar-besaran.
Di Provinsi Qinghai, di Bukit Bai-nan-ba terdapat sebuah vihara yang
disebut Red Monastery, di vihara ini terdapat patung Puteri Wencheng, konon
ketika Puteri Wencheng menempuh perjalanan ke Tibet, pernah singgah di sini.
Setelah Puteri Wencheng tiba di Negeri Atap Dunia, Songtsen Gampo
mendirikan paviliun dan istana khusus untuk Puteri yakni sekarang merupakan dua
vihara yang terletak di Gunung Potala, Lhasa, Vihara Jokhang dan Vihara Ramoche.
Di dalam vihara dipuja rupang Buddha Sakyamuni, ini juga merupakan permulaan
dari pembangunan vihara Buddha di Tibet.
Puteri Wencheng meyakini Ajaran Buddha, setelah masuk ke Tibet masih
begitu tulus melakukan namaskara pada rupang Buddha, membaca dan mempelajari
gulungan sutra. Songtsen Gampo terpengaruh oleh ketulusan Puteri, sehingga ikut
menyakini Buddha Dharma, mengerahkan segenap kemampuan untuk menggalakkan
Ajaran Buddha, sejak itu Agama Buddha berjaya di Negeri Atap Dunia.
Vihara pertama yang berdiri di Tibet adalah Vihara Jokhang, yang
dibangun khusus buat Puteri Wencheng, rupang Buddha Sakyamuni yang dibuat dari
campuran emas dan suasa, dipuja di dalam vihara ini.
Awalnya Tibet tidak mempunyai aksara, cara mereka menyampaikan informasi
adalah dengan mengukir gambar sederhana di kayu. Atas saran dari Puteri
Wencheng, Songtsen Gampo mengutus 16 putra bangsawan menuju ke Kashmir mempelajari
sutra Bahasa Sansekerta dan Fonologi Tiongkok. Setelah menuntut ilmu selama 7
tahun, mereka pulang ke Tibet, menuruti aksara Sansekerta menciptakan Bahasa
Tibet. Kemudian mereka juga mengundang Bhiksu Da Tian-shou dan beberapa guru dari
Etnis Tibet, untuk memulai pekerjaan penerjemahan sutra. Dengan munculnya
aksara Tibet, maka ekonomi rakyat mulai membaik, merupakan awal dari
perkembangan ilmu dan tehnologi serta budaya.
Selain itu atas pengaruh dari Puteri Wencheng, Songtsen Gampo menyusun
perundang-undangan berdasarkan Ajaran Buddha, memberikan hadiah bagi pelaku
kebajikan dan menjatuhkan hukuman bagi pelaku kejahatan. Mendidik rakyat agar
berbuat kebajikan, meyakini Ajaran Buddha, bahkan mengingatkan penduduk bahwa
pikiran dan tindakan jahat pasti ada balasannya. Sejak itu Ajaran Buddha
berkembang pesat di Negeri Atap Dunia.
Bukan saja membawa misi penyebaran Agama Buddha, Puteri Wencheng juga
membawa budaya Dinasti Tang kepada rakyat Tibet. Para cendekiawan pengikut
rombongan Puteri Wencheng yang masuk ke Tibet, mengajari penduduk menggunakan
alat pertanian modern yang dibawa dari Kekaisaran Tang, menerapkan sistem
bercocok tanam orang Tiongkok, membawa perubahan besar pada sektor pertanian
Negeri Atap Dunia tersebut.
Puteri Wencheng juga mengajarkan penduduk Tibet tentang Ilmu Astronomi,
Sejarah dan Matematika, sistem penanggalan juga mengadopsi penanggalan lunar
orang Tionghoa. Perubahan sistem penanggalan ini membawa kemajuan dan faedah
bagi hasil pertanian.
Seiring dengan masuknya Puteri Wencheng ke Tibet, budaya Konfusius
Tiongkok dan budaya Agama Buddha India, berturut-turut memasuki Tibet, kemudian
menuruti literatur Bahasa Sanskrit dan Bahasa Mandarin, lalu menerjemahkan Ilmu
Astronomi, Ilmu Pengobatan dan lain sebagainya ke dalam Bahasa Tibet. Sebagian
besar berasal dari Tiongkok, sisanya dari India.
Hubungan antara Kekaisaran Tang dan Tibet berkembang pesat baik dalam
sektor ekonomi maupun budaya, hingga hubungan politik yang erat. Di Tibet
sendiri, dibangun penginapan yang khusus diperuntukkan bagi duta yang datang
dari Kekaisaran Tang.
Master Yijing menulis di buku karyanya berjudul “Biografi Para Bhiksu
Senior Dinasti Tang yang Menempuh Perjalanan Dharma ke Wilayah Barat”,
tercantum bahwa dari jumlah 23 anggota Sangha yang menempuh perjalanan ke India
lewat jalur darat, guna mengambil buku sutra, ada 8 orang yang mengambil jalur
melewati Tibet, boleh dikatakan mereka memperoleh anugerah dari Puteri
Wencheng.
Puteri Wencheng meninggal dunia pada tahun 680 Masehi, menjalani
kehidupan di Tibet selama 40 tahun.
Kini di dalam Vihara Jokhang di Gunung Potala, Lhasa, masih dilestarikan
patung Songtsen Gampo dan Puteri Wencheng, yang juga merupakan warisan budaya
yang paling berharga bagi rakyat Tibet untuk mengenang sang Puteri, terhadap
jasanya bagi kemajuan bidang politik, ekonomi, budaya dan Ajaran Buddha, Puteri
Wencheng pantas mendapat julukan sebagai insan terkemuka baik jaman kuno maupun
modern.
沒有文成公主,西藏就沒有文字,沒有佛教殿宇,也沒有曆法,更沒有豐富的藏族音樂。她將佛法遍布西藏,使藏人生活即是佛教,佛教即是生活。藏人心中,文成公主就是觀世音菩薩化身的「綠度母菩薩」。
文成公主原為皇族江夏王李道宗之女,自幼被唐太宗和長孫皇后收養,封為文成公主,才貌雙全,深得鍾愛,尤其受長孫皇后影響,篤信佛教,精研佛學。
當時的唐朝處於盛唐時期,經濟文化居世界之冠。鄰近外邦為了得到唐朝強大軍事保護,而與唐朝保持密切關係,許多部族首領向唐提出聯姻,吐蕃(西藏)即是其中之一。
佛教傳入吐蕃以前,當地遊牧部落大多信奉一種極原始的巫術宗教--奔頗教。七世紀初,吐蕃王松贊干布統一西藏,建立吐蕃王國。
松贊干布向唐朝要求通婚,但當時遠不止吐蕃,還有天竺、大食(阿拉伯)、波斯、尼泊爾等數國使團,紛至長安請求通婚,所以經過一番艱辛的試驗,唐太宗最終應允以美麗多才的文成公主嫁給藏王。
文成公主得知自己將遠嫁吐蕃,便提出三個條件:一、精鑄一尊釋迦牟尼佛像入藏供奉;二、倡導文化,廣傳佛教;三、為吐蕃創造文字。
唐太宗為文成公主備辦的嫁妝可謂豐厚之極,除各種金玉珠寶、綾羅綢緞、谷種蠶種、紙墨文具、經史典籍、佛經、高僧經像、醫藥、曆法外,還派遣侍女數十人、文士技工數百人隨行,其中最引人注目的,是一尊金銅釋迦牟尼佛像。
貞觀十五年,唐太宗派江夏王李道宗持節護送公主入藏。經一個多月長途跋涉,公主一行人來到河源,在附近的札陵湖會見藏王松贊干布,松贊在札陵湖舉行隆重的迎親儀式。
在今青海省百南巴山現存一座規模不大,以文成公主石刻像為主的紅色寺院。據傳說公主入藏時,曾在此地停留一段時期,《吐蕃王朝世系明鑑》也記載:「公主與諸臣抵丹馬岩,即將慈氏七肘之像,與《普賢行願品》刻於石上。」
公主入藏後,松贊干布即為公主修建樓宇宮殿,即今西藏拉薩普特拉山的「拉朋迦」與「耶摩切」兩大精舍,殿內安奉釋迦牟尼佛像,這也是西藏佛教殿宇建築之始。
文成公主篤信佛教,入藏後虔心禮佛,詳閱所攜經卷。松贊干布受公主感化,漸信佛法,力倡佛教,從此西藏佛教大盛。
西藏第一佛教寺院-規模宏偉的拉薩「小昭寺」就是為公主而修建,公主帶來的金銅釋迦牟尼佛像供奉寺中。
西藏原本沒有文字,仍以結繩記事或在木頭上刻劃簡單符號。
松贊干布在文成公主勸告下,派遣貴族子弟十六人赴印度西北克什米爾,學習梵文經典及音韻學。留學七年後回國,依照梵文字母創造藏文。
又請漢族的大天壽和尚,及數位藏族論師翻譯《寶雲經》、《觀音六字明咒》、《集寶頂經》、《寶篋經》等,為西藏譯經之始。藏文的創造,促進西藏社會經濟、科技文化的發展。
此外,松贊干布受公主影響,根據佛教教義制定法律,賞善罰惡。教導民眾應行善德,信奉佛教,並告誡人民,宜念所行必有報應,佛教教義自此廣為流布。
文成公主也為藏民帶來大唐科技文化。在入藏漢人幫助下,藏民逐漸學會使用唐朝傳來的新農具,採用漢人的耕種法,大大改進穀物加工技術。
文成公主還教藏人天文歷算,此後藏曆延襲漢族農曆,依十二屬相及六十甲子來計算時日,曆法的改進也有利於農業生產。
隨文成公主的入藏,中國儒家文化與印度佛教文化相繼輸入西藏,又從梵籍及漢籍中,翻譯天文、占星及醫學等類書籍,所以西藏的文化大半源自中國,其他則采自印度。
唐朝時期,西藏的經濟文化飛躍攀升,更促進政治上的聯合。
吐蕃內「百里一驛」,建立完備的驛站制度,對入藏唐使尤其接待殷勤。義凈大師《大唐西域求法高僧傳》里所記,采陸路轉往天竺的二十三名取經僧中,有八名取道西藏,可說是拜文成公主之賜。
永隆元年(西元六八○),文成公主舍報,在西藏生活達四十年。藏族人民以兩個節日紀念:一是藏曆四月十五日「沙喝達瓦節」,即公主到達拉薩的日子;一是藏曆十月十五日,相傳是公主誕辰日。
現今拉薩布達拉宮和大昭寺內,依然保存著唐代松贊干布和文成公主的塑像,亦是藏人紀念公主最珍貴的文化遺產,對於西藏政治、經濟、文化、佛教的推行,文成公主不愧為古今第一人。