Minggu, 25 Oktober 2015

37 cara melatih diri menuju pencapaian Nirvana



Mengenal Istilah Dharma
Saptatrimsat bodhipaksika dharma
(37 cara melatih diri menuju pencapaian Nirvana)

Apa yang dimaksud dengan “37 cara melatih diri menuju pencapaian Nirvana”?

“37 cara melatih diri menuju pencapaian Nirvana” atau dalam Bahasa Sanskrit-nya adalah bodhi-paksika, merupakan 37 cara melatih diri untuk mengejar prajna kebijaksanaan, memasuki kondisi batin Nirvana.


37 butir tersebut dapat dikategorikan ke dalam tujuh kelompok besar sebagai berikut :
1.    Catvari smrty-upasthanani
Empat obyek perenungan yaitu :
1.    Kayanupassana (Perenungan terhadap tubuh jasmani),
yakni merenungkan bahwa tubuh jasmani ini penuh dengan kotoran.
2.    Vedananupassana (Perenungan terhadap perasaan)
yakni merenungkan bahwa perasaan susah, senang dan sebagainya adalah penderitaan.    
3.    Cittanupassana (Perenungan terhadap pikiran)
yakni merenungkan bahwa pikiran itu senantiasa muncul dan lenyap, tidak kekal.
4.    Dhammanupassana (Perenungan terhadap Dharma)
yakni merenungkan bahwa segala sesuatu yang merupakan hasil perpaduan (4 unsur : tanah, air, api dan angin) adalah tidak kekal.



2.    Catvari prahanani
Empat upaya benar yaitu :
1.    Niat jahat yang telah timbul harus dilenyapkan buat selamanya.
2.    Niat jahat yang belum muncul harus dicegah agar tidak timbul.
3.    Niat baik yang belum muncul harus dibangkitkan keluar.
4.    Niat baik yang sudah timbul harus dikembangkan terus.


3.    Catvara-rddhipadah
Empat kekuatan batin yaitu :
1.    Chanda rddhipada (Keinginan)
yakni kemauan untuk mencapai samadhi.
2.    Virya rddhipada (Ketekunan)
yakni dengan ketekunan untuk mencapai samadhi.
3.    Citta rddhipada (Pikiran)
yakni dengan mengendalikan pikiran untuk mencapai samadhi.
4.    Vimamsa rddhipada (Perenungan)
yakni dengan kebijaksanaan dan perenungan untuk mencapai samadhi.


4.    Pancendriyani  
Lima akar kebajikan yaitu :
1.    Sradha indriya (Keyakinan)
yakin pada Dharma Sejati yakni Dharma yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni.
2.    Virya indriya (Ketekunan)
tekun dalam melatih Dharma Sejati, terfokus dan tidak bercampur baur.
3.    Smrti indriya (Perhatian)
dapat mengingat Dharma Sejati dan takkan melupakannya.
4.    Samadhi indriya (Konsentrasi
menfokuskan pikiran dan takkan membiarkannya bercabang.
5.    Prajna indriya (Kebijaksanaan)
memahami segala kondisi dengan jelas.   


5.    Panca balani
Lima Kekuatan yang dapat menghancurkan kejahatan dan menumbuhkan kebajikan, yaitu :
1.    Sradha bala (Kekuatan keyakinan)
dengan mengembangkan keyakinan maka lenyaplah keraguan.
2.    Virya bala (Kekuatan ketekunan)
dengan mengembangkan ketekunan maka lenyaplah kemalasan.
3.    Smrti bala (Kekuatan perhatian)
dengan mengembangkan perhatian maka lenyaplah pikiran sesat.
4.    Samadhi bala (Kekuatan konsentrasi)
dengan mengembangkan konsentrasi maka lenyaplah bentuk-bentuk pikiran.
5.    Prajna bala (kekuatan kebijaksanaan)
dengan mengembangkan kebijaksanaan maka lenyaplah kekotoran batin.


6.    Sapta bodhyanga
Tujuh faktor menuju pencerahan yaitu :
1.    Dharma Pravicaya Sambodhyanga
dapat memilih ajaran dengan bijak, tahu membedakan mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang sesat.
2.    Virya Sambodhyanga (Ketekunan)
melatih diri dengan tekun tanpa terputus
3.    Priti Sambodhyanga (Kegembiraan)
setelah mencapai pencerahan maka timbul sukacita di hati.
4.    Prasrabdhi Sambodhyanga (Ketenangan)
dapat melenyapkan kekotoran batin
5.    Upeksa Sambodhyanga (Keseimbangan batin)
Menjauhi segala hal yang bersifat dualisme.
6.    Samadhi Sambodhyanga (Konsentrasi)
Pikiran senantiasa terfokus dan tidak berkhayal.
7.    Smrti Sambodhyanga (Perhatian)
Selalu ingat dan takkan lupa pada Buddha Dharma yang telah dipelajari.


7.    Aryastangika-marga  
Delapan Jalan Utama yaitu :
1.    Pandangan Benar (Samyak drashti)
2.    Pikiran Benar (Samyak samkalpa)
3.    Ucapan Benar (Samyak vac)
4.    Perbuatan Benar (Samyak karmanta)
5.    Mata Pencaharian Benar (Samyak ajiva)
6.    Daya upaya Benar (Samyak vyayama)
7.    Perhatian Benar (Samyak smṛti)
8.    Konsentrasi Benar (Samyak samadhi)
  

Dari berbagai sumber




Sabtu, 17 Oktober 2015

Triloka dan 31 Alam Kehidupan




Triloka

Buddha Dharma menggunakan Yana (kereta atau kendaraan) sebagai perumpamaan, Buddha Dharma dapat membantu kita keluar dari Triloka, serupa dengan kita menggunakan kendaraan, mampu menempuh perjalanan yang jauh, inilah maknanya.

Triloka atau Trailokya adalah enam alam tumimbal lahir. Triloka terdiri dari Kamaloka (alam nafsu), Rupaloka (alam berbentuk) dan Arupaloka (alam tanpa bentuk). Kamaloka terdiri dari enam tingkatan alam, yakni Alam Dewa atau surga, Alam Manusia, Alam Asura, Alam Binatang, Alam Setan Kelaparan dan Alam Neraka. Semua ini masuk dalam kelompok Kamaloka.

Oleh karena kita masih belum terpisah dari lima nafsu keinginan yakni harta, rupa, ketenaran, makanan dan tidur, makanya disebut Kamaloka atau alam nafsu. Dari Kamaloka naik ke atas, lima nafsu keinginan kian hambar dan tipis, sedangkan makin ke bawah makin berat.

Setelah memahami hal ini, bila ingin melampaui Triloka maka harus melenyapkan lima nafsu keinginan (harta, rupa, ketenaran, makanan, tidur) dan enam objek atau enam kondisi luar (rupa, suara, bau-bauan, rasa, sentuhan, bentuk-bentuk pikiran).

Enam indra adalah mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran. Enam indra ini melakukan kontak dengan enam objek di luar yakni mata melihat rupa, telinga mendengar suara, hidung mencium bau-bauan, lidah mengecap rasa, tubuh merasakan sentuhan, pikiran timbul bentuk-bentuk pikiran.

Semua ini mesti ditawarkan, makin hambar makin bagus. Kalau dapat melepaskan kemelekatan pada semua ini, maka dapat melampaui Kamaloka, mencapai Rupaloka.

Rupaloka terdiri dari 18 tingkatan alam (Aliran Theravada menyebutkan 16 tingkatan alam). Para Dewa di Rupaloka masih belum melenyapkan nafsu keinginan hingga tuntas, tetapi dia memiliki kekuatan samadhi untuk meredamnya.  

Di atas Rupaloka ada Arupaloka, ini merupakan tingkatan tertinggi dari enam alam tumimbal lahir, penghuni di sini tidak memiliki tubuh kasar lagi, maka itu tidak ada benda materi yang berwujud.

Meskipun Arupaloka (alam tanpa bentuk) tergolong lumayan, namun masih belum keluar dari Triloka, yang berarti masih belum melampaui enam alam tumimbal lahir. Para Dewa sering salah tafsir, mengira Arupaloka adalah Nirvana, padahal Nirvana adalah tidak muncul dan tidak lenyap.

Para Dewa di Rupaloka (alam berbentuk) yakni yang berada di empat tingkatan alam Jhana, ketika mencapai kondisi batin tertinggi, salah tafsir, mengira Arupaloka (alam tanpa bentuk) sebagai Nirvana.

Penghuni di Arupaloka masih memiliki batas usia, yang paling panjang usianya adalah 80 ribu kalpa besar. Satu kalpa besar bagi alam saha kita ini sudah mencakup empat kalpa menengah yakni pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong, dapat dilihat betapa tidak kekalnya dunia ini.  

Proses pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong, dihitung sebagai satu kalpa besar. 80 ribu kalpa besar berarti 80 ribu kali proses pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong, anda bisa bayangkan betapa panjangnya usia para Dewa di Arupaloka.

Meskipun usianya panjang, namun suatu hari juga akan berakhir, saat ajalnya tiba, kekuatan samadhinya akan lenyap, begitu kekuatan samadhinya lenyap, kekotoran batin segera muncul. Niat pikiran pertama yang muncul adalah keliru menganggap Arupaloka sebagai Nirvana.

“Sang Buddha bilang Nirvana sudah tidak muncul dan tidak lenyap, tapi kenapa sekarang ajalku menjelang?”, dia mulai menfitnah Tri Ratna. Kini kekuatan samadhinya lenyap dan kekotoran batinnya mulai muncul, menuduh telah ditipu oleh Sang Buddha. Dia telah menfitnah Tri Ratna.

Tidak punya rasa hormat pada Guru, tiada bedanya dengan durhaka pada Ayahbunda, merupakan dosa yang paling berat, akibatnya adalah jatuh ke Neraka Avici.

Maka itu lihatlah, semakin tinggi memanjat jatuhnya semakin menyakitkan, sudah naik sampai tingkatan paling tinggi yakni Alam Neva-sanna-na-sanna-yatana, akhirnya jatuhnya juga yang paling rendah, yakni Neraka Avici, bahkan terlahir sebagai manusia saja tidak bisa diperoleh.

Hal ini sering disampaikan Buddha Sakyamuni di dalam ajaran sutra, tujuannya untuk menyadarkan diri kita, mesti mencapai KeBuddhaan, kita memilih Alam Sukhavati dan menjauhi alam surga, bayangkan alam surga yang tertinggi sekalipun, juga takkan bisa menyelesaikan masalah.

Alam surga atau Alam Dewa yang berada di Rupaloka dan Arupaloka tidak dapat menyelesaikan masalah, apalagi yang berada di Kamaloka. Sebagian orang yang lahir ke surga, tak lain adalah surga yang berada di Kamaloka, cuma bisa mencapai Surga Caturmaharajika dan Surga Trayastrimsa saja, mengapa demikian? Kemelekatan pada perasaan, nafsu keinginan yang belum dilenyapkan, hanya saja lebih lumayan dibandingkan dengan kita, agak tawar sedikit, tapi belum dilenyapkan, makanya untuk naik lebih ke atas sangat sulit adanya.

Inilah makna dari Triloka

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 22 Agustus 2010

Mengenal Kalpa :

Cara Perhitungan Kalpa :


佛法用乘來做比喻,像車一樣,佛法可以幫助我們超出三界,就好像我們乘車能夠遠行,取這個意思。三界就是六道輪迴,說三界、說六道意思完全相同,三界是欲界、色界、無色界。欲界有六層天,他化自在天以下有六層天,包括阿修羅道、人道、畜生道、餓鬼、地獄,這些都是屬於欲界。因為他們沒有離開財色名食睡這個五欲,所以稱之為欲界。欲界愈往上去,五欲愈淡薄,愈往下面去就愈嚴重,這個我們不能不知道的。

  了解了我們就曉得,要想超越,五欲六塵一定要放下。財色名食睡,這叫五欲。六塵是六根接觸的對象,眼耳鼻舌身意叫六根,接觸的對象是色聲香味觸法,意是念頭,意對法塵,這些東西都要淡薄,愈淡薄愈好。真正能放下,就超越欲界,到哪裡去?到色界。諸位要曉得,色界有十八層天,這天人。色界天人欲並沒有斷,這個諸位要知道,他為什麼沒有欲?他有定功,他在入定的時候,定功能把五欲六塵伏住,所以他是伏斷,不是滅斷,但是他有色。再往上去,叫無色界天,這是六道裡面最高層次的,無色界連肉身都沒有了,色是指物質的身體以及物質現象。由此可知,在無色界四層天裡面,只有精神現象存在,而沒有物質,沒有物質的肉身,也沒有物質的一些建築,你都看不到。我們一般稱它作靈界,他的靈存在,這是高級凡夫。

無色界天雖然不錯,但是沒有超越三界,就是沒有超越六道輪迴。無色界天是好,那個裡面幾乎等於涅槃,涅槃是不生不滅,它等於涅槃,不是真的涅槃。色界天人,這講四禪八定,他達到最高境界,把無色界天誤會認為那就是涅槃。無色界天還是有壽命,壽命最長的八萬大劫,這個時間是真長。大劫,一個大劫是我們這個世界一次成住壞空,可見這個世界無常。成住壞空一次叫一個大劫,成住壞空八萬次,你想這個時間多長。雖然長,畢竟有一天它會到,到這一天他定功會失掉,定功一失掉,煩惱就現前。頭一個錯誤的念頭,他誤認為這個是不生不滅了,怎麼又有生滅?這就會毀謗聖賢,聖賢人告訴他,涅槃是不生不滅的,他現在定功失掉,煩惱現行,以為這些聖賢人是欺騙他們,這個念頭對聖賢大不敬!對老師、對聖賢大不敬,跟對父母不孝這個罪孽是同一個等級,最嚴重的罪業,人要不孝父母、不尊重聖賢,他的果報在阿鼻地獄。所以你看,爬得最高,爬到非想非非想天,跌得也最重,一個跟斗栽下來,到阿鼻地獄去了,求人身都得不到。這樁事情佛在經典裡面講得很多,也講得很清楚。用意特別提醒我們,我們要成佛,我們要求生西方淨土,不要求天道,天道到最高的還是不能解決問題,二十八層天不能解決問題,何況是欲界。一般人生天,絕大多數的都是生四王天、忉利天,為什麼?情執、欲望沒斷,比我們一般人稍微好一點,淡薄一點,他沒斷,所以往上去非常困難。這是三界的意思。

文摘恭錄 淨土大經解演義  (第一二0集)  2010/8/22