Senin, 03 Desember 2018

Sembilan Tingkat Bunga Teratai




Sembilan Tingkat Bunga Teratai :
Tingkatan Atas Bagian Atas
Tingkatan Atas Bagian Menengah
Tingkatan Atas Bagian Bawah
Tingkatan Menengah Bagian Atas
Tingkatan Menengah Bagian Menengah
Tingkatan Menengah Bagian Bawah
Tingkatan Bawah Bagian Atas
Tingkatan Bawah Bagian Menengah
Tingkatan Bawah Bagian Bawah


九品蓮花 :
上品上生 
上品中生
上品下生
中品上生
中品中生
中品下生
下品上生
下品中生
下品下生


Sabtu, 24 November 2018

Tingkatan Bodhisattva


Mengenal Istilah Dharma
Tingkatan Bodhisattva  

Tingkatan Bodhisattva merupakan tahapan pelatihan diri yang dilalui praktisi Mahayana, jumlahnya ada 52 tingkatan. Oleh karena Mazhab Mahayana terbagi atas beberapa aliran, sehingga setiap aliran dengan berpedoman pada sutra pegangan masing-masing, lalu membagi tingkatan Bodhisattva menurut versi tersendiri. Meskipun tidak sama, namun tidak jauh bedanya.

Yang dimaksud 52 tingkatan Bodhisattva adalah kita melatih Jalan Bodhisattva ada 52 tingkatan, yakni :
-        Sepuluh tingkatan Keyakinan  十信
-        Sepuluh tingkatan Kediaman 十住
-        Sepuluh tingkatan Pelaksanaan 十行
-        Sepuluh tingkatan Pelimpahan Jasa 十回向
-        Sepuluh tingkatan Bhumi (Dasa-bhumi) 十地
-        Calon Buddha 等觉
-        Buddha 妙觉
Jumlahnya adalah 52 tingkatan

Di dalam Avatamsaka Sutra tercantum istilah “41 tingkatan Bodhisattva Dharmakaya”, yang dihitung dari Sepuluh tingkatan Kediaman (十住) hingga Calon Buddha (等觉), jumlahnya adalah 41 tingkatan. Oleh karena Bodhisattva Dharmakaya adalah Bodhisattva yang berada di atas Sepuluh tingkatan Keyakinan (十信).

Jadi 41 tingkatan Bodhisattva Dharmakaya adalah :
-        Sepuluh tingkatan Kediaman 十住
-        Sepuluh tingkatan Pelaksanaan 十行
-        Sepuluh tingkatan Pelimpahan Jasa 十回向
-        Sepuluh tingkatan Bhumi (Dasa-bhumi) 十地
-        Calon Buddha 等觉
Jumlahnya adalah 41 tingkatan.

Untuk lebih jelasnya mari kita baca petikan Ceramah Master Chin Kung sebagai berikut :
1.  Di dalam Avatamsaka Sutra sering disebutkan istilah 41 tingkatan Bodhisattva Dharmakaya, pembagian ini berdasarkan tebal tipisnya tabiat yang dimiliki.

2. Buddha Sakyamuni menyampaikan pada kita, meskipun Bodhisattva Dharmakaya telah berhasil mewujudkan tidak timbul niat pikiran lagi, tetapi tabiatnya masih ada, dapat dilihat bahwa tabiat itu tidak mudah dilenyapkan.

3. Praktisi senior jaman dulu menggunakan guci arak sebagai perumpamaan, agar kita memahami apa yang dimaksud dengan tabiat. Guci arak dibuka tutupnya lalu isinya dituang keluar, lalu dilap dengan kain sampai bersih, sampai setetes pun tak bersisa lagi. Coba dicium, bau arak masih tetap ada, bau arak inilah yang dimaksud sebagai tabiat. Lantas adakah cara untuk menghapusnya? Bagaimanapun anda mengelapnya, tetap saja baunya masih ada.

4. Guci arak itu kita buka tutupnya, lalu diamkan di tempat tersebut selama 3 bulan, setelah itu coba cium, baunya tidak ada lagi. Kalau araknya beraroma kuat, mungkin butuh waktu setengah tahun, barulah baunya hilang.

5. Bagaimana cara Bodhisattva Dharmakaya menghapus tabiat? Yakni seperti perumpamaan di atas, membiarkan guci arak terbuka tutupnya dan diamkan hingga berbulan-bulan, tidak menghiraukannya, lama kelamaan bau arak (tabiat) akan hilang dengan sendirinya. Jadi bukan dengan tekanan atau paksaan untuk menyingkirkan tabiat.

6. Cara melatih diri Bodhisattva Dharmakaya dan kita (orang awam) tidaklah sama, kita melatih diri harus tekun dan maju tanpa gentar, sedangkan cara Mereka menyingkirkan tabiat malah tidak perlu menggunakan tekanan atau paksaan. Bagaimana caranya? Yakni menuruti apa adanya (biarkan segala sesuatu terjadi secara alamiah), tidak boleh ada sebersit niat pikiran atau kehendak. Apabila timbul sebersit niat pikiran, maka dia akan jatuh kembali ke Dasa Dharmadhatu, jadi jalan satu-satunya adalah tidak menghiraukannya.

7. Buddha Sakyamuni membagi 41 tingkatan Bodhisattva Dharmakaya berdasarkan kental hambarnya tabiat yang dimiliki. Tabiat ini telah dipelihara sejak kalpa tanpa awal, jadi tidak mudah dilenyapkan. Butuh waktu berapa lama barulah tabiat dikikis hingga bersih? Tiga Asamkhyeya-kalpa besar.

8. Maka itu Avatamsaka Sutra membagi 41 tingkatan Bodhisattva sebagai Sepuluh tingkatan Kediaman, Sepuluh tingkatan Pelaksanaan, Sepuluh tingkatan Pelimpahan Jasa, Sepuluh tingkatan Bhumi dan Calon Buddha. Semakin ke atas semakin hambar aroma tabiatnya, sampai pada tingkatan Calon Buddha aroma tabiatnya sudah tersisa secuil, sampai pada tingkatan Buddha, sudah tidak ada sama sekali. Inilah yang disebut Buddha yang sempurna.




法身菩薩怎樣把習氣消除


1 《華嚴經》上常提到四十一位法身大士,這是佛以方便法跟我們說的。這四十一個階級,從哪裡分?從習氣的厚薄。
2 佛告訴我們,這些法身菩薩雖然做到不起心、不動念,但是無始無明的習氣在,可見這個習氣不好斷。
3 習氣不好懂,古大德用酒瓶來比喻,讓我們體會到什麼叫習氣。酒瓶是盛酒的,把酒倒掉,用乾布去擦乾淨,確實一滴都沒有,聞聞還有味道,那個味道就叫習氣。有沒有辦法除?除不掉,怎麼擦,聞起來還有味道。
4 我們打開一瓶酒,放在那個地方,大概三個月,不去理它,聞聞看,味道可能就沒有了。如果是烈酒,酒精重的,可能半年之後你再聞聞,這味道自然沒有了。
5 法身菩薩怎樣把這個習氣消除?放在那裡不要去理它,時間久了自然沒有,佛門裡頭常說「此處用不得力」,就是這個意思。
6 法身菩薩修行跟我們不一樣,我們修行要勇猛精進,他們修行此處用不得力。怎麼修?完全是隨順自然,不能有一個念頭。如果起一個念頭,他就又墮落到十法界,一修馬上就墮落,所以沒有法子修,就是不理它。
7 佛把法身大士習氣的濃淡分為四十一個階級,叫四十一品。這個習氣是無始無明煩惱的習氣,可不好斷。需要多長的時間,這個煩惱習氣才能斷盡?世尊在經上常講,三大阿僧祇劫。
8 所以要知道,《華嚴經》上講的四十一個階級,十住、十行、十回向、十地、等覺,就是講無明習氣的厚薄,愈往上面去愈淡,到等覺還有一點點,到妙覺完全沒有了。習氣統統沒有,這就叫究竟圓滿佛。



Kamis, 09 Agustus 2018

Empat Tekad Agung Bodhisattva





Empat Tekad Agung Bodhisattva :
1. Bertekad menyelamatkan para makhluk yang tanpa batas
2. Bertekad melenyapkan kekotoran batin yang tak berujung
3. Bertekad mempelajari Pintu Dharma yang tak terhingga
4. Bertekad mencapai KeBuddhaan yang tertinggi tiada taranya.

四弘誓 :
眾生無邊誓願
煩惱無盡誓願
法門無量誓願
佛道無上誓願

Selasa, 13 Februari 2018

Samadhi Menakjubkan yang Mendalam dan Tertinggi Tiada Taranya


Samadhi Menakjubkan yang Mendalam dan Tertinggi Tiada Taranya

 “Mahavaipulya-mahasamghata Sutra” menyebutkan bahwa : Apabila ada insan yang melafal Amituofo, maka ini merupakan samadhi menakjubkan yang mendalam dan tertinggi tiada taranya.


Ucapan ini disampaikan oleh Buddha Sakyamuni di dalam “Mahavaipulya-mahasamghata Sutra”, praktisi sekalian hendaknya merenungkan dengan seksama, apakah melafal Amituofo tak sebanding dengan Aliran Zen? Cobalah kalian pikirkan baik-baik, masa berlangsungnya Dharma Buddha Sakyamuni adalah 12 ribu tahun lamanya, dihitung sejak Sang Buddha memasuki Parinirvana, seribu tahun pertama disebut Periode Saddharma (Dharma Sejati), akar kebijaksanaan manusia masih tinggi, menjalankan disiplin sila dapat meraih keberhasilan, dengan mengamalkan Vinaya dapat mencapai tingkatan kesucian tertinggi Arahat.

Sampai pada seribu tahun kedua, akar kebijaksanaan manusia perlahan mulai tumpul, menjalankan disiplin sila sudah tidak efektif lagi, sehingga harus melatih Dhyana. Periode ini disebut sebagai Saddharma-pratirupaka (Dharma Mirip), sudah tidak tulen lagi seperti waktu silam, pada periode ini melatih metode Dhyana meraih keberhasilan.

Ajaran Buddha tersebar sampai di Tiongkok, bertepatan dengan permulaan Periode Dharma Mirip, seribu tahun setelah Sang Buddha memasuki Parinirvana, seribu tahun kedua, Buddha Dharma tersebar sampai ke Negeri Tirai Bambu, maka itu Aliran Dhyana (Aliran Zen) di Tiongkok begitu berjaya, hal ini tercantum di dalam “Mahavaipulya-mahasamghata Sutra”, ramalan Buddha Sakyamuni telah terbukti. Pada periode ini, melatih metode Dhyana dapat mencapai pencerahan, dapat mencapai tingkatan kesucian.

Tetapi setelah melewati seribu tahun lagi, atau tiga ribu tahun sejak Buddha Sakyamuni memasuki Parinirvana, telah memasuki Periode Saddharma-vipralopa atau Jaman Berakhirnya Dharma, kini kita berada pada periode ini, periode ini berlangsung 10 ribu tahun lamanya, kini sudah berjalan seribu tahun.

Akar kebijaksanaan manusia kian lama kian tumpul, melatih metode Dhyana tidak dapat meraih keberhasilan, lantas metode apa yang mesti digunakan? Yakni melafal Amituofo, 10 ribu tahun Periode Berakhirnya Dharma, melafal Amituofo dapat meraih keberhasilan.

Kita pikirkan dengan seksama, manusia yang hidup pada era kita ini, melatih disiplin sila tidak dapat meraih keberhasilan, melatih metode Dhyana juga tidak dapat meraih keberhasilan, hanya dengan melafal Amituofo barulah dapat meraih keberhasilan.

Ini serupa dengan orang yang jatuh sakit, pada Periode Dharma Sejati, penyakit yang diderita manusia masih begitu ringan, begitu diberi obat Vinaya dia langsung sembuh; pada Periode Dharma Mirip, penyakit yang diderita manusia sudah agak parah, Vinaya sudah tidak ampuh lagi, maka itu harus diganti dengan obat Dhyana, barulah dapat menyembuhkannya; pada Jaman Berakhirnya Dharma, penyakit manusia sudah memasuki tahapan kritis, sudah tidak punya harapan lagi, baik obat Vinaya maupun obat Dhyana sudah tidak manjur lagi, maka harus diganti dengan obat Pelafalan Amituofo barulah dapat terselamatkan.

Menurut anda, obat mana yang lebih mujarab? Tentu saja melafal Amituofo, melafal Amituofo barulah merupakan mustika menakjubkan yang tertinggi tiada taranya, yang mampu menyelamatkan para makhluk di Jaman Berakhirnya Dharma, apalagi bila pada dua periode sebelumnya ada praktisi yang bertemu dengan Pintu Dharma ini, apa mungkin dia takkan berhasil?

Maka itu Buddha Sakyamuni ketika masih membabarkan Dharma di dunia, menasehati ayahanda-Nya agar melafal nama Buddha. Masa itu masih merupakan Periode Dharma Sejati, Sang Buddha masih berada di dunia, Beliau tidak mengajari metode lainnya, terhadap ayahanda-Nya, Sang Buddha mengajarkan Pintu Dharma Pelafalan Nama Buddha, bertekad terlahir di Tanah Suci.

Kita harus mengamati dengan seksama, barulah mengetahui bahwa keunggulan Pintu Dharma ini melampaui seluruh pintu Dharma lainnya, diantara pintu Dharma yang tak terhingga, Pintu Dharma ini menempati urutan pertama.

Maka itu, pada masa pemerintahan Kaisar Qianlong (1711-1799), Master Ciyun Guanding, di dalam karya tulisnya yang berjudul “Penjelasan Amitayurdhyana Sutra”, mengungkapkan bahwa apabila bertemu dengan bencana dan malapetaka besar, segala pintu Dharma juga sudah tidak efektif lagi, pada akhirnya tinggal satu-satunya Pintu Dharma yang pasti dapat menyelamatkan kita, yakni membangkitkan ketulusan melafal Amituofo. Lafalan Amituofo dapat menyelamatkan dirimu melampaui segala bencana dan malapetaka, lebih efektif dan lebih unggul daripada segala bentuk upacara pertobatan dan upacara ritual lainnya.

Sayangnya masyarakat luas masih kurang mengetahui hal ini, ketika berhadapan dengan bencana dan malapetaka, masih suka mengikuti upacara pertobatan, baik Upacara Pertobatan Liang Huang maupun Upacara Ritual Shui Lu.

Master Guanding memberitahukan pada kita, apabila segala bentuk upacara pertobatan ini sudah tidak ampuh lagi, maka hanya dengan melafal Amituofo barulah efektif.

Maka itu barulah kita mengetahui bahwa Master Dhyana Zhongfeng menyusun sebuah buku syair pertobatan yang berjudul “Kebaktian Pembacaan Amitabha Sutra  Berkesinambungan  Dalam Tiga Sesi”, apa tujuannya? Oleh karena segala bentuk upacara pertobatan sudah tidak ampuh lagi, sedangkan cara yang ditempuh ini baru efektif, yakni dengan “Amitabha Sutra” dan pelafalan Amituofo sebagai topik utama!

Maka itu pelafalan Amituofo ditinjau dari Aliran Dhyana, disebut sebagai Samadhi Menakjubkan yang Mendalam dan Tertinggi Tiada Taranya.                                     

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 6 Pebruari 2011
Kode Artikel02-039-0267


無上深妙禪
「故《大集經》曰:若人但念阿彌陀,是即無上深妙禪也。」這句話是世尊在《大集經》上講的,諸位就要細心去參究,念佛不如禪嗎?諸位好好想想,佛的法運一萬二千年,從佛滅度開始算起,第一個一千年叫正法時期,人根淳厚,持戒就能成就,依著戒律修行就能證阿羅漢果。到第二個一千年,人的根性慢慢就鈍,持戒不能成就,要修禪定。像法時期,就是相似,沒有以前那麼真,禪定成就的。佛法傳到中國,正是像法的開端,佛滅度後一千年,第二個一千年,佛法傳到中國來,所以中國的禪宗特別興旺,這《大集經》上說的。釋迦牟尼佛的預言兌現了,修禪定能開悟、能證果。可是再過一千年,三千年之後,入末法時期,我們現在是末法時期,而且末法,末法一萬年,已經過了一千年。人的根性愈來愈鈍,修禪不能成就,用什麼方法?念佛,末法一萬年,念佛成就。我們想一想,我們這個時代的人,戒不能成就,禪不能成就,念佛能成就。這就像害病一樣,正法時期的人病很輕,戒律一治他就好了;像法時期的人害的病就嚴重,戒律這個藥沒效,用禪定這服藥,行,能幫助他;末法時期,病入膏肓,沒救了,戒律的法、禪定的法都不行,念佛能救。你說哪一服藥厲害?還是念佛,念佛才是無上的妙寶,能救末法眾生,要是像法、正法遇到的時候,他能不成就嗎?所以釋迦牟尼佛當年在世,勸導他的父王,佛為父王說什麼法?說念佛法門。那是正法時期,佛在世,他不教他別的,對他父親教念佛法門,求生淨土。

  我們要細心、冷靜的觀察,才知道這個法門超勝一切法門,無量無盡法門當中,它排名是第一。因此,乾隆年間,慈雲灌頂法師在《觀無量壽佛經》註解上他說的,我們如果遇到大災大難,所有經教法門都救不了,都沒有效果,最後還有一門決定得救,這一門是什麼?老實念佛,這一句六字洪名能普度一切災厄,比什麼樣的經懺佛事效果都殊勝。可惜宣揚不力,社會大眾知道的人很少,他們遇到災難,去拜懺,拜梁皇懺、拜水陸懺,水陸法會。灌頂法師告訴我們,如果這些懺儀都收不到效果,念佛能收到效果。所以我們才知道,中峰禪師他編集的《三時繫念法事》,那是什麼用意?所有懺儀都失掉效果,這個東西行,念佛,以《彌陀經》、一句佛號為主!所以這句佛號用禪來說,是無上深妙禪。

文摘恭錄淨土大經解演義(第二六七集)2011/2/6 檔名:02-039-0267